Supervisi merupakan
bagian penting dalam manajemen dan merupakan tanggungjawab pemimpin, dalam
pengelolaan asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan manajemen dari perawat
profesional, oleh karena itu seorang manajer keperawatan diharapkan mempunyai
kemampuan dalam melakukan supervisi keperawatan. Pelaksanaan supervisi
keperawatan meliputi kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh supervisor mencakup
masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien
mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat.
Fungsi directing/pengarahan dalam
fungsi manajemen melalui kegiatan supervisi berperan untuk mempertahankan agar
segala kegiatan yang telah diprogram dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar.
Supervisi secara langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai
hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dengan
mencoba memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhi dan bersama
dengan staf keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya
Sukar seorang manajer keperawatan
untuk mempertahankan mutu asuhan keperawatan tanpa melakukan supervisi, karena
masalah - masalah yang terjadi diunit keperawatan tidak seluruhnya dapat diketahui
oleh manajer keperawatan melalui informasi yang diberikan oleh staf keperawatan
yang mungkin sangat terbatas tanpa melakukan supervisi keperawatan
A. SUPERVISI KEPERAWATAN
1. Pengertian
Supervisi
Jika ditinjau dari asal kata, supervise berasal dari
kata super (latin = diatas) serta videre (latin = melihat). Dengan demikian jika ditinjau dari asal kata,
supervise berarti “melihat dari atas”.
Pengertian supervisi
secara umum adalah melakukan
pengamatan secara berkala oleh “atasan” terhadap pekerjaan yang dilakukan
“bawahan” untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera diberikan bantuan yang
bersifat langsung guna mengatasinya.
Supervisi
keperawatan meliputi kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh supervisor
mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan
agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat.
Supervisi dari
pemimpin/penanggung jawab keperawatan yang bertujuan untuk perkembangan para perawat dan staf
lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. Kegiatan supervisi merupakan
dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan para
perawat.
Dalam pelaksanaannya supervisi
bukan hanya mengawasi apakah seluruh staf keperawatan menjalankan tugasnya
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan yang telah
digariskan, tetapi juga bersama para perawat bagaimana memperbaiki proses
keperawatan yang sedang berlangsung. Jadi dalam kegiatan supervisi seluruh staf keperawatan bukan sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan
sebagai patner kerja yang memiliki ide - ide, pendapat dan pengalaman yang perlu didengar, dihargai dan diikutsertakan dalam usaha-usaha perbaikan proses keperawatan, sehingga supervisi sebagai suatu aktifitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para tenaga keperawatan dan staf lainnya dalam
melakukan pekerjaan mereka secara
efektif.
Supervisor harus mengusahakan
seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman. Ini tidak hanya meliputi lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja diantara para tenaga
keperawatan dan tenaga lainnya. Juga meliputi jumlah persediaan dan kelayakan
peralatan agar memudahkan pelaksanaan tugas. Lingkungan yang sehat bila dapat
memberikan rasa bebas dan keinginan
untuk bekerja lebih baik. Supervisor juga mengusahakan semangat kebersamaan
dengan lebih menekankan “kita” daripada “saya”.
Pada suatu saat supervisor akan memerlukan bantuan dalam mengambil keputusan melalui
pengalaman dalam tugas untuk menemukan metoda yang lebih baik guna melaksanakan
pendelegasian tugas dalam kelompok kerja, tentu memerlukan dukungan dari
anggota kelompok. Walaupun supervisor memperhatikan kondisi dan hasil kerja,
tetapi perhatian utama adalah manusianya, untuk itu harus mengenal tiap
individu dan mampu merangsang agar tiap pelaksana mau meningkatkan diri. Salah
satu tujuan utama dari supervisi adalah orientasi, latihan dan bimbingan
individu, berdasarkan kebutuhan individu dan mengarah pada pemanfaatan
kemampuan dan pengembangan ketrampilan yang baru.
Dalam pelaksanaan supervisi,
supervisor membuat suatu keputusan tentang suatu pekerjaan yang akan
dilaksanakan, kemudian siapa yang akan melaksanakan. Untuk itu supervisor perlu
memberikan penjelasan dalam bentuk arahan kepada para pelaksana.
2.
Sasaran Supervisi
Sasaran atau objek dari supervise adalah pekerjaan
yang dilakukan oleh bawahan serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran berupa pekerjaan
yang dilakukan oleh bawahan disebut sebagai sasaran
langsung, sedangkan jika sasaran bawahan yang melakukan
pekerjaan disebut sebagai supervise tidak langsung
Dengan adanya perbedaan ini, maka terlihat jelas bahwa bawahan
yang melaksanakan pekerjaan akan disupervisi, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan. (Suarli, 2012)
3.
Tujuan Supervisi Keperawatan
Tujuan supervisi ialah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung
sehingga dengan bantuan tersebut bawahan
memiliki bekal yang cukup untuk dapat
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik. (Suarli, 2012)
Tujuan supervisi diarahkan pada kegiatan mengorientasikan
staf dan pelaksana keperawatan, melatih staf dan
pelaksana keperawatan, memberikan arahan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai upaya untuk menimbulkan kesadaran dan
mengerti peran dan fungsinya, dan difokuskan pada kemampuan staf dan pelaksanaan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan.
(Arwani,2005)
4.
Manfaat Supervisi
Apabila supervise dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak
manfaat. Manfaat tersebut
diantaranya :
a.
Meningkatkan
efektivitas kerja
Peningkatan efektivitas kerja ini erat hubungannya
dengan makin meningkatnya pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin
terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antar atasan dengan
bawahan
b.
Meningkatkan
efisiensi kerja
Peningkatan
efisiensi kerja ini erat hubungannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang
dilakukan oleh bawahan, dan karena itu pemakaian sumber daya (tenaga, dana dan
sarana) yang sia - sia
akan dapat dicegah
Apabila
kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya
tujuan suatu organisasi. Sesungguhnya essensi pokok dari supervise ialah
bagaimana dapat menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan
serta benar dan tepat dalam arti lebih efektif dan efisien, sedemikian rupa
sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan memuaskan
5.
Frekuensi Supervisi
Supervise haruslah dilakukan dengan frekuensi yang
berkala. Supervise yang
dilakukan hanya sekali, bukanlah supervise yang baik. Karena organisasi dan juga lingkungan
selalu berkembang.
Tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi harus dilakukan.
Pegangan umum yang digunakan tergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang
dilakukan serta sifat penyesuaian yang akan dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi serta sifat penyesuaiannya mendasar, maka
supervise harus lebih sering dilakukan.
(Suarli,2012)
6.
Kompetensi
Supervisor Keperawatan
Sebaiknya
pelaksana supervise adalah atasan langsung dari yang disupervisi. Atau apabila
hal ini tidak mungkin, dapat ditunjuk staf khusus dengan batas - batas wewenang dan
tanggung jawab yang jelas
Arwani (2005), Seorang supervisor harus memiliki sejumlah kompetensi yang sesuai, yaitu :
a.
Mampu memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat
dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.
b.
Mampu memberikan saran, nasehat dan bantuan yang benar
– benar dibutuhkan oleh staf dan pelaksana keperawatan
c.
Mampu memberikan motivasi untuk meningkatkan
semangat kerja staf dan pelaksanaan keperawatan.
d.
Mampu memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan
pelaksanaan keperawatan.
e.
Mampu melakukan penilaian secara objektif dan benar terhadap kinerja perawat
7.
Teknik
Supervisi Keperawatan
Teknik
pokok supervise pada dasarnya identik dengan teknik penyelesaian masalah
(problem solving). Bedanya hanya pada cara pengumpulan data serta cara penyelesaian
masalah. Pada supervisi cara
pengumpulan data ialah dengan mempergunakan teknik pengamatan langsung (direct
observation), serta cara penyelesaian masalah dilakukan secara bersama secara
langsung di tempat (on the spot).
Supervisi dapat dilakukan melalui cara, yaitu :
a.
Supervisi Langsung
(direct observation)
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan
yang sedang berlangsung. Pada supervisi modern diharapkan
supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak
dirasakan sebagai perintah. Pada kondisi
ini, umpan balik dan perbaikan sekaligus dilakukan tanpa bawahan merasakan
sebagai beban. Proses supervisi langsung dapat dilakukan dengan cara perawat
pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi
supervisor
Cara memberikan pengarahan yang efektif adalah :
1)
Pengarahan harus lengkap
2)
Mudah dipahami
3)
Menggunakan kata - kata yang
tepat
4)
Berbicara dengan jelas dan
lambat
5)
Berikan arahan yang logis
6)
Hindari
memberikan banyak arahan pada satu saat
7)
Pastikan bahwa arahan dipahami
8)
Yakinkan bahwa arahan anda
dilaksanakan atau perlu tindak lanjut
b.
Supervisi Tidak
langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik
tertulis maupun lisan. Supervisor tidak melihat langsung kejadian dilapangan,
sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara
tertulis.
c. Kerjasama
Tujuan pokok supervisi adalah
berupaya meningkatkan penampilan bawahan dengan memberikan bantuan sesuai
dengan kebutuhan bawahan, secara langsung ditempat. Untuk berhasilnya pemberian
bantuan ini, yakni dalam rangka mengatasi masalah yang ditemukan, perlu
terjalin kerjasama antara pelaksana supervisi dengan yang disupervisi, dan di
pihak lain, mereka yang disupervisi merasakan masalah yang dihadapi adalah juga
masalah mereka sendiri.
8.
Kegiatan Rutin Supervisi Keperawatan
Tugas - tugas rutin yang harus dilakukan oleh supervisor setiap harinya
(Bittel,l987) adalah sebagai berikut
:
a.
Sebelum pertukaran shift (15 - 30 menit)
1)
Mengecek
kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu
2)
Mengecek jadwal kerja
b.
Pada waktu mulai shift (15 - 30 menit)
1)
Mengecek personil yang ada
2)
Menganalisa keseimbangan
personil dan pekerjaan
3)
Mengatur pekerjaan
4)
Mengidentifikasi kendala yang
muncul
5)
Mencari
jalan supaya pekerjaan dapat diselesaikan
c.
Sepanjang hari dinas (6 - 7 jam)
1)
Mengecek pekerjaan setiap
personil, dapat mengarahkan, instruksi, mengoreksi atau memberikan latihan
sesuai kebutuhannya
2)
Mengecek kemajuan pekerjaan
dari personil sehingga dapat segera membantu apabila diperlukan
3)
Mengecek pekerjaan rumah tangga
4)
Mengecek kembali pekerjaan
personil dan kenyamanan kerja, terutama untuk personil baru
5)
Berjaga - jaga ditempat apabila ada
pertanyaan, permintaan bantuan atau hal - hal yang terkait
6)
Mengatur jam istirahat,
permintaan bantuan atau hal - hal yang terkait
7)
Mengatur jam istirahat personil
8) Mendeteksi dan mencatat problem yang
muncul pada saat itu dan mencari cara memecahkannya
9) Mengecek kembali kecukupan
alat/fasilitas/sarana sesuai kondisi operasional
10) Mencatat fasilitas/sarana yang rusak
kemudian melaporkannya
11) Mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja
12) Menyiapkan dan melaporkan secara rutin
mengenai pekerjaan
d.
Sekali dalam sehari (15 - 30 menit)
Mengobservasi satu personil atau area kerja secara
kontinu untuk 15 menit. Melihat dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi
seperti : keterlambatan pekerjaan, lamanya mengambil barang,
kesulitan pekerjaan dan lain sebagainya
e.
Sebelum pulang
1)
Membuat daftar masalah yang
belum terpecahkan dan berusaha untuk memecahkan persoalan tersebut keesokan
harinya
2)
Pikirkan
pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan mengecek hasilnya,
kecukupan material dan peralatannya
3)
Lengkapi laporan harian sebelum
pulang
4)
Membuat daftar
pekerjaan untuk keesokan harinya, membawa pulang mempelajari dirumah sebelum
pergi bekerja kembali
9.
Supervisi Asuhan Keperawatan
Area supervisi yang dapat menjadi objek supervise keperawatan, yaitu :
a. Area
asuhan keperawatan yang terdiri dari :
1.
Audit keperawatan
2.
Pelaksanaan SOP
keperawatan
b. Area
personil keperawatan
c. Area
Sarana dan Peralatan
d. Area
pengembangan staf
Pemberian asuhan keperawatan dimasing - masing unit
merupakan kegiatan utama yang dilaksanakan oleh setiap staf keperawatan.
Sedangkan area yang lain hanyalah sebagai pendukung agar asuhan dapat
terlaksana dengan baik. Karena itu dalam pembahasan ini akan menjelaskan area
asuhan keperawatan sebagai area supervisi yang disebut sebagai Supervisi Asuhan
Keperawatan.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa
sebagai supervisior harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
berhubungan dengan suatu pekerjaan yang akan disupervisi dan supervisi itu
sendiri. Oleh karena itu seorang Kepala Ruangan harus memiliki pengetahuan yang
cukup tentang asuhan keperawatan.
a.
Asuhan
Keperawatan, adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan
pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai
tatanan pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar, manusia,
dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar
keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan
b.
Praktek
keperawatan, adalah tindakan mandiri perawat
professional melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif dengan klien dan
tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya
c.
Tujuan
Asuhan Keperawatan, pemberian asuhan
keperawatan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan
yang optimal dengan memodifikasi lingkungan sedemikian rupa, sehingga klien
dapat meningkatkan tanggung jawabnya secara mandiri secepat mungkin dan dapat
mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif secara optimal sesuai kondisi
jesehatannya
d.
Metodologi
Keperawatan, dalam menyelesaikan masalah
kesehatan klien, perawat menggunakan proses keperawatan sebagai metodologi
pemecahan masalah secara ilmiah, pengetahuan ilmiah mutahir (utamanya ilmu
keperawatan), menggunakan tehnologi kesehatan dan keperawatan tetap guna dan
dilandasi kode etik dan standar profesi keperawatan.
Dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan proses keperawatan sebagai
upaya memecahkan masalah yang dihadapi klien. Dalam memecahkan masalah, perawat
menggunakan standar keperawatan sebgai pedoman agar mutu asuhan keperawatan
dapat dipertahankan.
Seluruh tindakan perawat terhadap klien dicatat
dengan benar dalam system pendokumentasian asuhan keperawatan. Secara umum
dokumentasi proses keperawatan terdiri dari :
1. Pengkajian keperawatan
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan keperawatan
4. Tindakan keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
6. Catatan asuhan
keperawatan
Supervisi
Langsung
Apabila supervisi diarahkan pada area asuhan
keperawatan, maka supervisor (kepala ruangan) akan terfokus pada 2 jenis
kegiatan yaitu supervisi terhadap implementasi asuhan keperawatan klien, dimana
perawat secara langsung memberikan asuhan keperawatan. Dalam kondisi ini,
seorang kepala ruangan melakukan supervisi pada kegiatan yang sementara
berjalan, dalam hal ini disebut Supervisi Langsung. Yang diminati oleh
supervisor adalah apakah perawat pelaksana bekerja berdasarkan standar yang
telah ditetapkan.
Agar supervisor mampu memberikan penilaian terhadap
apa yang dilakukan oleh perawat pelaksana secara terarah, maka sebelumnya supervisor
harus menetapkan jenis kegiatan apa yang akan disupervisi, sehingga dengan
demikian supervisor menyiapkan instrument supervisi yaitu dengan menggunakan
standar asuhan keperawatan. Disini supervisi akan mengamati secara langsung apakah
perawat pelaksana telah bekerja berdasarkan standar yang ada. Bila ditemukan
telah menyimpang dari standar yang ditetapkan maka perlu didiskusikan bersama
dengan perawat pelaksana dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi.
Kejadian di atas dapat terjadi akibat perawat
pelaksana kurang menguasai standar prosedur yang ada, kebiasaan bekerja tanpa
menggunakan standar, atau standar yang diperlukan tidak dimiliki oleh ruangan
yang bersangkutan. Apabila permasalahan ini jelas akan memudahkan supervisor untuk
memecahkan masalahnya.
Supervisi
Tidak Langsung
Setiap klien memiliki dokumentasi keperawatan yang
telah dibuat oleh perawat yang bertanggung jawab. Apabila kepala ruangan ingin
melakukan supervisi terhadap dokumentasi keperawatan, maka jenis supervisi ini
adalah supervisi tidak langsung. Alasannya adalah dokumentasi asuhan
keperawatan adalah catatan keperawatan pelaksana terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan olehnya. Disini kepala ruangan tidak dapat lagi
mengamati kegiatan yang berlangsung sebagaimana
yang tercantum dalam catatan itu, dan hanya dapat melihat hasil kegiatan
perawat pelaksana yang dicatat dalam dokumen asuhan keperawatan.
Apabila kepala ruangan akan melakukan supervisi
tentang kualitas dokumentasi asuhan keperawatan dapat menggunakan
format/instrument evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit,
aspek yang diobservasi adalah pengkajian keperawatan, perumusan diagnosa
keperawatan, penyusunan rencana keperawatan, tindakan keperawatan, evaluasi keperawatan
dan pencatatan asuhan keperawatan
Kepala Ruangan bersama perawat pelaksana melakukan
penilaian terhadap dokumentasi asuhan keperawatan dan bila menemukan adanya
kesenjangan bersama perawat pelaksana mencoba mengidentifikasi mengapa masalah
itu timbul. Apabila telah ditetapkan penyebabnya maka akan memudahkan keduanya
untuk memecahkan masalah tersebut
Kegiatan supervisi asuhan keperawatan sebaiknya
dilakukan secara teratur dan berkala, jelas sasarannya dan sejauh mana kegiatan
itu dilaksanakan. Banyak dokumentasi asuhan keperawatan klien yang tidak
lengkap di isi oleh perawat pelaksana yang tidak teridentifikasi oleh
Koordinator Ruangan. Dokumentasi seperti ini tidak akan memberikan informasi
yang lengkap tentang status kesehatan klien, dengan demikian akontabilitasnya
tidak dapat dipertanggung jawabkan. Dan ini pula akan menunjukkan bahwa mutu
asuhan keperawatan menjadi lebih rendah
Berbagai kendala yang dihadapi perawat pelaksana
yang mengakibatkan tidak lengkapnya dokumentasi asuhan keperawatan, antara lain
beban kerja perawat yang berlebihan karena disamping harus melaksanakan tugas
pokoknya juga mengerjakan pekerjaan lain yang bersifat kolaboratif, Disamping
itu pula ratio perawat klien yang tidak seimbang, dimana jumlah perawat jauh
lebih sedikit dibanding kebutuhan yang ada yang antara lain karena banyaknya
klien yang tinggal rawat di rumah sakit. Dengan demikian perawat akan kehabisan
waktu untuk melakukan pencatatan walaupun secara nyata kegiatan itu telah
dilaksanakan.
0 komentar:
Posting Komentar