hghgnhg
hghgnhg
hghgnhg

Selasa, 16 Desember 2014

SUPERVSI

Supervisi merupakan bagian penting dalam manajemen dan merupakan tanggungjawab pemimpin, dalam pengelolaan asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan manajemen dari perawat profesional, oleh karena itu seorang manajer keperawatan diharapkan mempunyai kemampuan dalam melakukan supervisi keperawatan. Pelaksanaan supervisi keperawatan meliputi kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor  mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat.
Fungsi directing/pengarahan dalam fungsi manajemen melalui kegiatan supervisi berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah diprogram dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dengan mencoba memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhi dan bersama dengan staf keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya
Sukar seorang manajer keperawatan untuk mempertahankan mutu asuhan keperawatan tanpa melakukan supervisi, karena masalah - masalah yang terjadi diunit keperawatan tidak seluruhnya dapat diketahui oleh manajer keperawatan melalui informasi yang diberikan oleh staf keperawatan yang mungkin sangat terbatas tanpa melakukan supervisi keperawatan

A.      SUPERVISI KEPERAWATAN
1.    Pengertian Supervisi
Jika ditinjau dari asal kata, supervise berasal dari kata super (latin = diatas) serta videre (latin = melihat). Dengan demikian jika ditinjau dari asal kata, supervise berarti melihat dari atas”.
Pengertian supervisi secara umum adalah melakukan pengamatan secara berkala oleh “atasan” terhadap pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya.
Supervisi keperawatan meliputi kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor  mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat.
 Supervisi dari pemimpin/penanggung jawab keperawatan yang bertujuan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. Kegiatan supervisi merupakan dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan para perawat.
Dalam pelaksanaannya supervisi bukan hanya mengawasi apakah seluruh staf keperawatan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga bersama para perawat bagaimana memperbaiki proses keperawatan yang sedang berlangsung. Jadi dalam kegiatan supervisi seluruh staf keperawatan bukan sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan sebagai patner kerja yang memiliki ide - ide, pendapat dan pengalaman yang perlu didengar, dihargai dan diikutsertakan dalam usaha-usaha perbaikan proses keperawatan, sehingga supervisi sebagai suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para tenaga keperawatan dan staf lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara  efektif.
Supervisor harus mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman. Ini tidak hanya meliputi lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja diantara para tenaga keperawatan dan tenaga lainnya. Juga meliputi jumlah persediaan dan kelayakan peralatan agar memudahkan pelaksanaan tugas. Lingkungan yang sehat bila dapat memberikan  rasa bebas dan keinginan untuk bekerja lebih baik. Supervisor juga mengusahakan semangat kebersamaan dengan lebih menekankan “kita” daripada “saya”.
Pada suatu saat supervisor akan memerlukan bantuan dalam mengambil keputusan melalui pengalaman dalam tugas untuk menemukan metoda yang lebih baik guna melaksanakan pendelegasian tugas dalam kelompok kerja, tentu memerlukan dukungan dari anggota kelompok. Walaupun supervisor memperhatikan kondisi dan hasil kerja, tetapi perhatian utama adalah manusianya, untuk itu harus mengenal tiap individu dan mampu merangsang agar tiap pelaksana mau meningkatkan diri. Salah satu tujuan utama dari supervisi adalah orientasi, latihan dan bimbingan individu, berdasarkan kebutuhan individu dan mengarah pada pemanfaatan kemampuan dan pengembangan ketrampilan yang baru.
Dalam pelaksanaan supervisi, supervisor membuat suatu keputusan tentang suatu pekerjaan yang akan dilaksanakan, kemudian siapa yang akan melaksanakan. Untuk itu supervisor perlu memberikan penjelasan dalam bentuk arahan kepada para pelaksana.

2.    Sasaran Supervisi
Sasaran atau objek dari supervise adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan disebut sebagai sasaran langsung, sedangkan jika sasaran bawahan yang melakukan pekerjaan disebut sebagai supervise tidak langsung
Dengan adanya perbedaan ini, maka terlihat jelas bahwa bawahan yang melaksanakan pekerjaan akan disupervisi, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan. (Suarli, 2012)

3.    Tujuan Supervisi Keperawatan
Tujuan supervisi ialah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik. (Suarli, 2012)
Tujuan supervisi diarahkan pada kegiatan mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan, melatih staf dan pelaksana keperawatan, memberikan arahan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai upaya untuk menimbulkan kesadaran dan mengerti peran dan fungsinya, dan difokuskan pada kemampuan staf dan pelaksanaan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan. (Arwani,2005)


4.    Manfaat Supervisi
Apabila supervise dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya :
a.         Meningkatkan efektivitas kerja
Peningkatan efektivitas kerja ini erat hubungannya dengan makin meningkatnya pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antar atasan dengan bawahan
b.         Meningkatkan efisiensi kerja
Peningkatan efisiensi kerja ini erat hubungannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan oleh bawahan, dan karena itu pemakaian sumber daya (tenaga, dana dan sarana) yang sia - sia akan dapat dicegah
       Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Sesungguhnya essensi pokok dari supervise ialah bagaimana dapat menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan serta benar dan tepat dalam arti lebih efektif dan efisien, sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan memuaskan

5.    Frekuensi Supervisi
Supervise haruslah dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervise yang dilakukan hanya sekali, bukanlah supervise yang baik. Karena organisasi dan juga lingkungan selalu berkembang.
Tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi harus dilakukan. Pegangan umum yang digunakan tergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan serta sifat penyesuaian yang akan dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi serta sifat penyesuaiannya mendasar, maka supervise harus lebih sering dilakukan. (Suarli,2012)

6.    Kompetensi Supervisor Keperawatan
Sebaiknya pelaksana supervise adalah atasan langsung dari yang disupervisi. Atau apabila hal ini tidak mungkin, dapat ditunjuk staf khusus dengan batas - batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas
Arwani (2005), Seorang supervisor harus memiliki sejumlah kompetensi yang sesuai, yaitu :
a.         Mampu memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.
b.        Mampu memberikan saran, nasehat dan bantuan yang benar – benar dibutuhkan oleh staf dan pelaksana keperawatan
c.         Mampu memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja staf dan pelaksanaan keperawatan.
d.        Mampu memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksanaan keperawatan.
e.         Mampu melakukan penilaian secara objektif dan benar terhadap kinerja perawat

7.    Teknik Supervisi Keperawatan
Teknik pokok supervise pada dasarnya identik dengan teknik penyelesaian masalah (problem solving). Bedanya hanya pada cara pengumpulan data serta cara penyelesaian masalah. Pada supervisi cara pengumpulan data ialah dengan mempergunakan teknik pengamatan langsung (direct observation), serta cara penyelesaian masalah dilakukan secara bersama secara langsung di tempat (on the spot).
Supervisi dapat dilakukan melalui cara, yaitu :
a.       Supervisi Langsung (direct observation)
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung. Pada supervisi modern diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Pada kondisi ini, umpan balik dan perbaikan sekaligus dilakukan tanpa bawahan merasakan sebagai beban. Proses supervisi langsung dapat dilakukan dengan cara perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi supervisor
Cara memberikan pengarahan yang efektif adalah :
1)        Pengarahan harus lengkap
2)        Mudah dipahami
3)        Menggunakan kata - kata yang tepat
4)        Berbicara dengan jelas dan lambat
5)        Berikan arahan yang logis
6)        Hindari memberikan banyak arahan pada satu saat
7)        Pastikan bahwa arahan dipahami
8)        Yakinkan bahwa arahan anda dilaksanakan atau perlu tindak lanjut
b.      Supervisi Tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak melihat langsung kejadian dilapangan, sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.
c.       Kerjasama
Tujuan pokok supervisi adalah berupaya meningkatkan penampilan bawahan dengan memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan bawahan, secara langsung ditempat. Untuk berhasilnya pemberian bantuan ini, yakni dalam rangka mengatasi masalah yang ditemukan, perlu terjalin kerjasama antara pelaksana supervisi dengan yang disupervisi, dan di pihak lain, mereka yang disupervisi merasakan masalah yang dihadapi adalah juga masalah mereka sendiri.

8.    Kegiatan Rutin Supervisi Keperawatan
Tugas - tugas rutin yang harus dilakukan oleh supervisor setiap harinya (Bittel,l987) adalah sebagai berikut :
a.         Sebelum pertukaran shift (15 - 30 menit)
1)        Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu
2)        Mengecek jadwal kerja
b.        Pada waktu mulai shift (15 - 30 menit)
1)      Mengecek personil yang ada
2)      Menganalisa keseimbangan personil dan pekerjaan
3)      Mengatur pekerjaan
4)      Mengidentifikasi kendala yang muncul
5)      Mencari jalan supaya pekerjaan dapat diselesaikan


c.         Sepanjang hari dinas (6 - 7 jam)
1)      Mengecek pekerjaan setiap personil, dapat mengarahkan, instruksi, mengoreksi atau memberikan latihan sesuai kebutuhannya
2)      Mengecek kemajuan pekerjaan dari personil sehingga dapat segera membantu apabila diperlukan
3)      Mengecek pekerjaan rumah tangga
4)      Mengecek kembali pekerjaan personil dan kenyamanan kerja, terutama untuk personil baru
5)      Berjaga - jaga ditempat apabila ada pertanyaan, permintaan bantuan atau hal - hal yang terkait
6)      Mengatur jam istirahat, permintaan bantuan atau hal - hal yang terkait
7)      Mengatur jam istirahat personil
8)      Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul pada saat itu dan mencari cara memecahkannya
9)      Mengecek kembali kecukupan alat/fasilitas/sarana sesuai kondisi operasional
10)  Mencatat fasilitas/sarana yang rusak kemudian melaporkannya
11)  Mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja
12)  Menyiapkan dan melaporkan secara rutin mengenai pekerjaan
d.        Sekali dalam sehari (15 - 30 menit)
Mengobservasi satu personil atau area kerja secara kontinu untuk 15 menit. Melihat dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi seperti : keterlambatan pekerjaan, lamanya mengambil barang, kesulitan pekerjaan dan lain sebagainya
e.         Sebelum pulang
1)        Membuat daftar masalah yang belum terpecahkan dan berusaha untuk memecahkan persoalan tersebut keesokan harinya
2)        Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan mengecek hasilnya, kecukupan material dan peralatannya
3)        Lengkapi laporan harian sebelum pulang
4)        Membuat daftar pekerjaan untuk keesokan harinya, membawa pulang mempelajari dirumah sebelum pergi bekerja kembali

9.    Supervisi Asuhan Keperawatan
Area supervisi yang dapat menjadi objek supervise keperawatan, yaitu :
a.    Area asuhan keperawatan yang terdiri dari :
1.         Audit keperawatan
2.         Pelaksanaan SOP keperawatan
b.    Area personil keperawatan
c.    Area Sarana dan Peralatan
d.   Area pengembangan staf
Pemberian asuhan keperawatan dimasing - masing unit merupakan kegiatan utama yang dilaksanakan oleh setiap staf keperawatan. Sedangkan area yang lain hanyalah sebagai pendukung agar asuhan dapat terlaksana dengan baik. Karena itu dalam pembahasan ini akan menjelaskan area asuhan keperawatan sebagai area supervisi yang disebut sebagai Supervisi Asuhan Keperawatan.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa sebagai supervisior harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan suatu pekerjaan yang akan disupervisi dan supervisi itu sendiri. Oleh karena itu seorang Kepala Ruangan harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang asuhan keperawatan.
a.    Asuhan Keperawatan, adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar, manusia, dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
b.   Praktek keperawatan, adalah tindakan mandiri perawat professional melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya
c.    Tujuan Asuhan Keperawatan, pemberian asuhan keperawatan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan yang optimal dengan memodifikasi lingkungan sedemikian rupa, sehingga klien dapat meningkatkan tanggung jawabnya secara mandiri secepat mungkin dan dapat mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif secara optimal sesuai kondisi jesehatannya
d.   Metodologi Keperawatan, dalam menyelesaikan masalah kesehatan klien, perawat menggunakan proses keperawatan sebagai metodologi pemecahan masalah secara ilmiah, pengetahuan ilmiah mutahir (utamanya ilmu keperawatan), menggunakan tehnologi kesehatan dan keperawatan tetap guna dan dilandasi kode etik dan standar profesi keperawatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan proses keperawatan sebagai upaya memecahkan masalah yang dihadapi klien. Dalam memecahkan masalah, perawat menggunakan standar keperawatan sebgai pedoman agar mutu asuhan keperawatan dapat dipertahankan.
Seluruh tindakan perawat terhadap klien dicatat dengan benar dalam system pendokumentasian asuhan keperawatan. Secara umum dokumentasi proses keperawatan terdiri dari :
1.      Pengkajian keperawatan
2.      Diagnosa keperawatan
3.      Perencanaan keperawatan
4.      Tindakan keperawatan
5.      Evaluasi keperawatan
6.      Catatan asuhan keperawatan

Supervisi Langsung
Apabila supervisi diarahkan pada area asuhan keperawatan, maka supervisor (kepala ruangan) akan terfokus pada 2 jenis kegiatan yaitu supervisi terhadap implementasi asuhan keperawatan klien, dimana perawat secara langsung memberikan asuhan keperawatan. Dalam kondisi ini, seorang kepala ruangan melakukan supervisi pada kegiatan yang sementara berjalan, dalam hal ini disebut Supervisi Langsung. Yang diminati oleh supervisor adalah apakah perawat pelaksana bekerja berdasarkan standar yang telah ditetapkan.
Agar supervisor mampu memberikan penilaian terhadap apa yang dilakukan oleh perawat pelaksana secara terarah, maka sebelumnya supervisor harus menetapkan jenis kegiatan apa yang akan disupervisi, sehingga dengan demikian supervisor menyiapkan instrument supervisi yaitu dengan menggunakan standar asuhan keperawatan. Disini supervisi akan mengamati secara langsung apakah perawat pelaksana telah bekerja berdasarkan standar yang ada. Bila ditemukan telah menyimpang dari standar yang ditetapkan maka perlu didiskusikan bersama dengan perawat pelaksana dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi.
Kejadian di atas dapat terjadi akibat perawat pelaksana kurang menguasai standar prosedur yang ada, kebiasaan bekerja tanpa menggunakan standar, atau standar yang diperlukan tidak dimiliki oleh ruangan yang bersangkutan. Apabila permasalahan ini jelas akan memudahkan supervisor untuk memecahkan masalahnya.

Supervisi Tidak Langsung
Setiap klien memiliki dokumentasi keperawatan yang telah dibuat oleh perawat yang bertanggung jawab. Apabila kepala ruangan ingin melakukan supervisi terhadap dokumentasi keperawatan, maka jenis supervisi ini adalah supervisi tidak langsung. Alasannya adalah dokumentasi asuhan keperawatan adalah catatan keperawatan pelaksana terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan olehnya. Disini kepala ruangan tidak dapat lagi mengamati kegiatan yang berlangsung sebagaimana  yang tercantum dalam catatan itu, dan hanya dapat melihat hasil kegiatan perawat pelaksana yang dicatat dalam dokumen asuhan keperawatan.
Apabila kepala ruangan akan melakukan supervisi tentang kualitas dokumentasi asuhan keperawatan dapat menggunakan format/instrument evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit, aspek yang diobservasi adalah pengkajian keperawatan, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana keperawatan, tindakan keperawatan, evaluasi keperawatan dan pencatatan asuhan keperawatan
Kepala Ruangan bersama perawat pelaksana melakukan penilaian terhadap dokumentasi asuhan keperawatan dan bila menemukan adanya kesenjangan bersama perawat pelaksana mencoba mengidentifikasi mengapa masalah itu timbul. Apabila telah ditetapkan penyebabnya maka akan memudahkan keduanya untuk memecahkan masalah tersebut
Kegiatan supervisi asuhan keperawatan sebaiknya dilakukan secara teratur dan berkala, jelas sasarannya dan sejauh mana kegiatan itu dilaksanakan. Banyak dokumentasi asuhan keperawatan klien yang tidak lengkap di isi oleh perawat pelaksana yang tidak teridentifikasi oleh Koordinator Ruangan. Dokumentasi seperti ini tidak akan memberikan informasi yang lengkap tentang status kesehatan klien, dengan demikian akontabilitasnya tidak dapat dipertanggung jawabkan. Dan ini pula akan menunjukkan bahwa mutu asuhan keperawatan menjadi lebih rendah
Berbagai kendala yang dihadapi perawat pelaksana yang mengakibatkan tidak lengkapnya dokumentasi asuhan keperawatan, antara lain beban kerja perawat yang berlebihan karena disamping harus melaksanakan tugas pokoknya juga mengerjakan pekerjaan lain yang bersifat kolaboratif, Disamping itu pula ratio perawat klien yang tidak seimbang, dimana jumlah perawat jauh lebih sedikit dibanding kebutuhan yang ada yang antara lain karena banyaknya klien yang tinggal rawat di rumah sakit. Dengan demikian perawat akan kehabisan waktu untuk melakukan pencatatan walaupun secara nyata kegiatan itu telah dilaksanakan. 


0 komentar:

Posting Komentar